KESALAHAN BAHASA INDONESIA DALAM IKLAN MEDIA CETAK ATAU DIGITAL TERBARU
Penulis:Nurifadillahdamayanti
Bahasa merupakan suatu yang unik. Artinya, setiap bahasa di dunia ini memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini mencakup sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistemsistem lainnya. Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri sama dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia. Ciri-ciri universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lainnya. Bahasa sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari untuk bermasyarakat. Bahasa juga memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa sendiri memiliki makna, yaitu sistem kata atau simbol untuk seseorang dengan seseorang yang lainnya berkomunikasi. Bahasa juga bisa digunakan untuk mengetahui informasi-informasi secara lisan.Selain digunakan untuk bertutur, bahasa juga memiliki pengaruh besar dalam penyebaran informasi yang akan disampaikan.
Iklan merupakan bentuk dari promosi penjualan dari suatu produk ataupun jasa. Jika berjualan tanpa adanya iklan terasa sangat hambar karena dari pemasaran tersebut bisa membantu penjual untuk melonjakkan pembelian dan setidaknya memberi pandangan pada pihak konsumen. Iklan yang bagus biasanya dapat menarik atau membujuk konsumen untuk membeli barang atau jasa yang diiklankan tersebut. Banyak jenis media periklanan yang digunakan untuk mempromosikan barang atau usaha yang dijual. Menurut Pratama, 2021: 52) terdapat tiga macam media untuk melakukan pemasaran, yaitu media sosial, media cetak, dan media audiovisual. Dari penjual sendiri banyak sekali yang menggunakan media cetak, papan nama, dan banner yang ada di sekitar jalan.
Dalam hal ini penulis ingin semua orang tidak mengesampingkan bahasa, tanda baca, penulisan yang salah pada iklan yang ada di luar ruang publik. Jika penulisan yang terdapat pada iklan itu benar akan membuat para membaca lebih mengerti apa yang terdapat pada isi iklan tersebut. Penggunaan bahasa asing juga sangat meresahkan. Contohnya seperti orang yang sudah tua akan banyak tidak mengerti apa isi dari iklan tersebut.
Dalil-Dalil tentang kesalahan penggunaan bahasa indonesia dalam media cetak
Al-Qur'an
وَمِنْ ءَايَٰتِهِ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Hadist
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengarRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidakbisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR.
Muslim)[HR. Muslim, no. 49].
Dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 (2011) tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, diatur tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat umum. Aturan-aturan itu dijabarkan sebagai berikut.
1.Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia (Pasal 36).
2.Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia (Pasal 37).
3.Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum Pasal 38).
Kesalahan bentuk dan pilihan kata juga banyak ditemui pada penggunaan bahasa Indonesia di media massa sekolah. Bentuk dan pilihan kata merupakan cara seseorang dalam memilih kata yang tepat dan cermat sesuai konteks yang dibicarakan. Pemilihan kata yang cermat akan
(1) mempercepat pengungkapan gagasan,
(2) menjadikan bahasa Indonesia menjadi hidup,
(3) menarik dan tidak membosankan, serta
(4) menghindari salah informasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kata adalah ketepatan, kecermatan, kebenaran, kelaziman, dan kelayakan. Adapun, kesalahan penggunaan bentuk dan pilihan kata di media massa sekolah meliputi kesalahan penggunaan bentuk baku dan tidak baku, penulisan bentuk terikat, dan ungkapan idiomatis.
Kasus pengunaan bentuk tidak baku sering muncul di media massa sekolah. Bentuk baku yang sering salah digunakan berkaitan dengan pemadanan istilah asing dalam bahasa Indonesia. Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan melalui beberapa cara, yakni penerjemahan, penyerapan, serta gabungan penerjemahan dan penyerapan. Penerjemahan dapat memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim (untuk padanan) dan meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia (Qodratillah,
2019: 21). Sementara itu, penyerapan istilah asing juga dilakukan ke dalam bahasa
Indonesia. Kasus dalam penyerapan ini yang sering muncul dalam bentuk tidak baku. Kata photocopy diserap dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal fotokopi. Akan tetapi, banyak bentuk serapan yang keliru berkembang di masyarakat, misalnya fotocopy. Selain itu, bentuk tidak baku yang muncul di media massa sekolah, antara lain taqwa, legalisir, raport, pas photo, praktek, istiqomah, akte, akherat, mushola, karir, Propinsi, Voly, putera, dan puteri. Adapun, bentuk bakunya adalah takwa, legalisasi, rapor, pasfoto, praktik, istikamah, akta, akhirat, musala, karier, provinsi, voli, putra, dan putri.
Kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia adalah kegiatan yang menyimpang. Contoh dari kegiatan menyimpang tersebut adalah kesalahan dalam memakai tanda baca, kesalahan penulisan kata, kalimat, dan bahasa yang menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia membicarakan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada iklan, salah satunya adalah kesalahan pada ejaan. Ejaan menurut Anriani (2019: 4) merupakan lambang bunyi, pemisah atau penggabungan penulisan dalam suatu bahasa. Ejaan meskipun terlihat sepele, terkadang banyak sekali yang melakukan kesalahan yang terdapat pada ejaan. Sebenarnya, ejaan adalah ketentuan aturan dalam tulisan. Jika ejaan tersebut salah, bisa jadi seseorang akan salah mengartikan makna dari kata atau kalimat tersebut.
contoh contoh benner yang salah dalam penggunaan bahasa Indonesia
Gambar 1. Bentuk Kesalahan Penulisan Unsur Serapan
Penulisan yang salah pada gambar 1 di atas adalah kata Kost, seharusnya penulisan tersebut adalah Kos.Kesalahan itu tampaknya berawal dari kata in de kost, yang berasal dari Bahasa Belanda yang memiliki makna “makan di dalam”. Pada masa kolonial Belanda in de kost sangat populer sebagai gaya hidup seseorang pada kalangan kelas tinggi.Dengan berjalannya waktu, kata in de kost diserap ke dalam Bahasa Indonesia dan berubah menjadi indekos. Lalu, dengan berjalannya waktu, dari zaman ke zaman diringkas menjadi kos.
Gambar 2. Bentuk Kesalahan Penulisan Kata
Penulisan yang salah yang terdapat pada gambar di atas adalah kata Dikontrakan, seharusnya penulisan yang benar adalah Dikontrakkan.Kata kontrakan memiliki kata dasar “kontrak” mendapat awalan di- dan akhiran –an, padahal tidak ada konfiks ‘di-an’. Kata “kontra” menurut KBBI memiliki arti melawan. Jadi penulisan kata yang benar adalah Dikontrakkan, mempunyai makna menawarkan atau mempromosikan tempat untuk digunakan atau ditempati.
Gambar 3.Bentuk Kesalahan Penulisan Unsur Serapan
Penulisan yang salah pada gambar di atas adalah kata Fotocopy, seharusnya penulisan yang benar adalah Fotokopi.Kesalahan pada pemakaian kata fotocopy masih sering ditemui. Di lingkungan sekitar, kita lebih banyak menggunakan kata fotocopy dibandingkan dengan kata fotokopi. Dalam Bahasa Indonesia huruf vokal O mengikuti huruf C dan Y, yang C menjadi K dan Y menjadi huruf I. Jadi, dari kata fotocopy diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi fotokopi.
Setelah membahas tentang kesalahan pada penulisan unsur serapan, penulisan kata, dan penulisan gelar. Selanjutnya, penulis di sini juga meneliti tentang struktur frasa. Frasa menurut Rosliana (2015: 2) merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak bersangkutan dengan predikat. Pada iklan media ruang publik banyak sekali memakai bahasa asing (Bahasa Inggris). Pemakaian bahasa Inggris dinilai lebih menarik bagi kalangan anak muda zaman sekarang dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Melalui penelitian ini ditemukan papan nama, spanduk, dan banner iklan yang menggunakan bahasa asing. Pengguanaan bahasa asing tersebut cenderung pada frasa nomina. Frasa nomina memiliki arti, yaitu frasa yang dibentuk dari kata benda (nomina). Jadi, inti frasa diduduki oleh kata benda, sedangkan pewatas atau bisa disebut dengan yang membatasi terletak di belakangnya.Saat menyusun sebuah frasa, pokok utamanya diterangkan atau diberi simbol (D) dan diletakkan di depan. Selanjutnya, penjelasnya diberi simbol (M) dan diletakkan setelah unsur pokok. Hal ini merupakan hukum DM. Hukum DM menyatakan bahwa yang diterangkan diletakkan di depan, sedangkan keterangan atau penjelasnya diletakkan sesudahnya.
Gambar 4. Bentuk Kesalahan Struktur Frasa
Pada contoh iklan di atas, peneliti mengamati adanya kesalahan struktur frasa pada penulisan di papan nama tersebut. Papan nama tersebut menggunakan struktur pola nomina dari bahasa inggris, yaitu bersimbol (MD).
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam iklan media cetak atau digital masih menjadi perhatian. Kesalahan tersebut meliputi ejaan, bentuk dan pilihan kata, serta struktur kalimat. Oleh karena itu, pemahaman yang baik mengenai tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia sangat penting dalam menyusun iklan media cetak atau digital.
Dari analisis yang telah dilakukan terhadap penggunaan bahasa Indonesia di media massa terdapat kesalahan, meliputi kesalahan ejaan, yaitu huruf kapital, huruf miring, singkatan dan akronim, kata depan, gabungan kata, penulisan angka dan bilangan, penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda pisah, tanda titik dua, dan tanda titik koma; kesalahan bentuk dan pilihan kata, yaitu bentuk tidak baku, bentuk terikat, dan ungkapan idiomatis; dan kesalahan kalimat, yaitu kalimat tak bersubjek dan penggunaan konjungsi yang tidak tepat. Kajian ini memberikan gambaran persoalan bahasa
Indonesia di media massa yang masih sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, upaya pembinaan bahasa Indonesia bagi masyarakat, khususnya media massa masih perlu dilakukan dengan membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Upaya itu dilakukan dengan meningkatkan sikap positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia agar posisi bahasa Indonesia tetap sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.
Komentar
Posting Komentar